Penulis-penulis yang Mengubah dunia


imagesDengan menulis, kita dapat merubah dunia. Benarkah demikian? Mari kita simak beberapa contoh bagaimana para penulis tersebut berhasil merubah dunia tempat mereka hidup.

Voltaire dan Thomas Paine: Mengkritisi kemapanan status quo

‘Pena lebih tajam daripada pedang’. Demikian kata Voltaire. Sang pujangga besar Perancis itu, melontarkan quotasi tersebut, ketika Perancis masih berada dibawah cengkaraman ancienne regime, atau masih dibawah sistim Kerajaan, yang dikuasai oleh Dinasti Bourbon. Berbeda dengan Inggris, dimana monarki di negara pulau tersebut hanya sekedar simbol, kekuasaan berada di tangan parlemen, dan kebebasan agama terjamin, di Perancis pada saat itu, hal tersebut tidak ada. Voltaire, yang pernah tinggal di Inggris selama tiga tahun, sangat mengagumi sistim demokrasi di Inggris, dan berharap hal yang sama dapat diterapkan di Perancis. Voltaire menulis, supaya idealismenya mengenai demokrasi dapat terealisir. Tulisan-tulisan Voltaire, seperti l’ingenue, zadig, dan Lettres philosophiques sur les Anglais telah berhasil menginspirasi generasi-generasi yang datang setelah dia. Tokoh-tokoh yang terinspirasi tulisan Voltaire tersebut, yaitu D’Anton, Marat, dan Robespierre, akhirnya menjadi tokoh sentral yang berperan dalam Revolusi Perancis pada 14 Juli 1789, yang berhasil menumbangkan Dinasti Bourbon. Akhirnya, Perancis menjadi republik.

New England, pada awal 1770an, adalah salah satu koloni Inggris yang paling makmur di Amerika Utara. Komoditi utama yang diimpor dari sana, adalah tembakau, coklat, gandum, dan gula. Petani dan pengusaha yang tinggal disana, adalah para pelarian dari eropa, yang mencari penghidupan lebih baik dari tekanan ekonomi/politik di tanah air mereka. Adapun, pada akhirnya pihak kolonial Inggris bertindak semakin represif terhadap New England. Pajak untuk komoditas-komoditas unggulan tersebut dinaikkan untuk pasar inggris, dan penjualan komoditas ke negara eropa lain sangat dibatasi. Hal ini menimbulkan keresahan di New England. Seorang penulis, Thomas Paine, menuliskan kritik dia terhadap sistim kolonial Inggris, pada buku ‘Common Sense’. Di buku tersebut, dia menjabarkan secara lugas mengenai ketidak adilan sistim perpajakan dan penindasan yang dilakukan Inggris terhadap New England. ‘Common Sense’ memang tidak memiliki pengaruh langsung terhadap draft penyusunan deklarasi kemerdakaan Amerika Serikat pada 4 Juli 1776, namun buku tersebut berhasil menginspirasi debat publik mengenai kemerdekaan New England dari Inggris.

Multatuli: Kritik terhadap praktek kolonial Belanda

Buku ‘Max Havelaar’ karangan Multatuli merupakan salah satu karya klasik dalam kesusastraan Indonesia. Semenjak HB Jassin menterjemahkannya dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia, karya tersebut menjadi salah satu bacaan wajib pada Sastra Indonesia. Tulisan Multatuli di buku tersebut, yang mengkritisi praktek tanam paksa oleh kolonial Belanda, akhirnya pernah difilmkan dan menjadi salah satu sumber pertunjukan teater. Buku Max Havelaar, akhirnya membuka kesadaran para borjuasi Eropa (terutama Belanda), bahwa kekayaan dan kemakmuran yang selama ini mereka nikmati adalah merupakan hasil darah dan keringat dari bangsa jajahan mereka. Akhirnya, buku tersebut menginspirasi para politisi Belanda untuk menggulirkan politik etis, dimana dilakukan semacam ‘balas jasa’ terhadap Indonesia, atas penjajahan yang mereka lalukan selama ini. Balas jasa tersebut, diantaranya adalah akses terhadap pendidikan. Sebenarnya, balas jasa tersebut bukannya tanpa reserve. Belanda menyediakan akses pendidikan di Indonesia, supaya lulusan institusi pendidikan tersebut dapat menjadi pegawai kolonial yang digaji murah. Ada pembatasan tertentu lain, misalnya, lulusan STOVIA (Sekolah kedokteran Jawa), dilarang praktek kedokteran di Belanda, hanya boleh di Indonesia. Ironisnya, akses pendidikan tersebut justru dimanfaatkan oleh bapak bangsa kita, diantaranya Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, dan lainnya, sebagai bekal intelektual untuk melawan imperialisme Belanda. Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 adalah merupakan hasil politik etis, yang menjadi bumerang bagi pihak kolonial. Buku tersebut, juga menginspirasi gerakan dekolonialisasi di tempat lain, misalnya di Afrika. Alhasil, menurut Pramoedya Ananta Toer, Max Havelaar adalah buku yang berhasil menghancurkan kolonialisme.

Menulis: Perubahan terhadap komunitas masing-masing

Di era informasi sekarang ini, menulis sudah memiliki media yang sangat berbeda dibandingkan di masa Voltaire, Thomas Paine, atau Multatuli. Imperialisme klasik eropa sudah lama berakhir, dan masalah baru, seperti kesenjangan digital, dan kesenjangan negara kaya-miskin, muncul menghiasi media. Media on line, sudah mulai menjadi populer. Bahkan media cetak konvensional akhirnya mengembangkan versi on line dari media mereka. Namun, semangat yang mendasari profesi menulis tersebut masihlah sama. Seorang penulis, diharapkan untuk kritis. Dalam konteks ini, kritis bukan berarti berteriak-teriak tanpa ada tujuan, namun lebih pada melihat suatu momen, yang mungkin tidak bisa ditangkap orang lain, dimana jika kita lebih mendalami dan menggalinya, maka akan menghasilkan perubahan. Bisa jadi perubahan tersebut belum bisa dinikmati oleh sang penulis selama dia hidup. Hal tersebut terjadi pada penulis besar sekaliber Friedrich Nietzche, yang dilupakan orang semenjak dia masuk rumah sakit jiwa, dan baru ditemukan lama setelah dia meninggal. Namun bisa juga dinikmati selama dia hidup, seperti pada kasus Jean Paul Sartre atau Albert Camus, dimana mereka berdua menjadi penerima nobel sastra dan karya mereka sukses secara komersial. Adapun, popularitas tidak lebih dan tidak bukan merupakan efek samping dari kehebatan seorang penulis sejati.

Kehebatan seorang penulis, bukan terletak pada popularitasnya, namun lebih pada kekritisan dia, untuk menggali momen yang dapat mengarah pada perubahan komunitas dimana dia hidup. Penulis sekaliber Voltaire, Paine, atau Multatuli sama sekali tidak peduli, apakah karya mereka akan laku secara komersial atau tidak. Yang paling penting, dan ini yang selalu menjadi harapan mereka, adalah karya-karya tersebut selalu dapat menjadi bahan pertimbangan dan inspirasi bagi komunitas mereka maupun generasi sesudah mereka, untuk mengkatalisis suatu perubahan sosial atau budaya, menuju hari esok yang lebih baik.

foto:casadellibro.com




Bertepatan dengan diberlakukannya UU ITE yang di dalamnya juga mengatur tentang larangan akses ke situs-situs yang mengandung muatan pornografi, maka mulai bermunculan berbagai macam software anti situs porno. Walaupun belum diperoleh kabar yang jelas, namun Pemerintah sendiri diberitakan akan membagikan software khusus untuk memblokir beserta dengan sistem kerjanya.

Yang menarik adalah, jauh-jauh hari sebelum pemerintah meluncurkan software anti situs porno, salah satu mahasiswa MIPA UGM, Ahlul Farezi telah membuat membuat software untuk memblokir situs porno dengan nama ‘Site Blocker’. Pria kelahiran Payakumbuh, 8 Juni 1985 ini bahkan juga sudah berhasil mengembangkan softaware menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya yang hanya mampu memblokir domain situs.

“Jika sebelumnya software temuan saya hanya bisa memblokir situs porno melalui pemblokiran domain-domain situs porno, saat ini software ini sudah say kembangkan mampu memblokir situs porno melalui pemblokiran kata kunci,” jelas Ahlul, Kamis (27/3) di Kampus UGM. Lebih lanjut Ahlul menambahkan, sistem pemblokiran situs porno buatannya ada dua macam fungsinya, melalui sistem blok domain dan sistem blok filter kata.
“Kalau sistem blok filter kata, maka akan lebih banyak domain situs porno yang akan terblokir, ketika ada kata yang berbau pornografi yang diklik dalam proses pencarian, maka tidak bisa diakses dan terkoneksi,” terangnya.

Masih menurut Ahlul, software buatannya ini sudah dibuat dalam bentuk instalasi, sehingga mudah untuk diinstall pada setiap komputer. Interface sudah dibuat dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dipahami. Sangat minimalis, panel-panel pun dibuat sedemikian rupa sehingga tidak sulit dalam penggunaan.

“Dengan menggunakan Site Blocker maka pihak warnet lebih mudah untuk melakukan pengawasan terhadap pengunjung warnetnya selama berselancar di Internet. Hanya dengan satu kali klik kata saja maka secara otomatis Site Blocker akan melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang tersimpan pada database,” kata penerima Anugerah Youth National Science and Technology Award dari Menpora pada 13 Desember 2006 untuk karyanya Software Site Blocker; software untuk memblokir situs porno.

Sementara itu dalam kesempatan yang berbeda, praktisi IT UGM Dr. Ir. Lukito Edi Nugroho menyambut baik upaya pemerintah untuk memblokir akses situs porno yang masuk ke Indonesia melalui Internet. Namun dirinya masih mempertanyakan seberapa besar efektiftas kebijakan tersebut dalam upaya mencegah maraknya pornografi di lingkungan generasi muda.

“Saya tidak yakin secara seratus persen upaya ini akan berhasil, karena masih ada celah-celah yang nantinya akan dimanfaatkan oleh pengguna internet itu sendiri untuk mencoba melanggar aturan tersebut,” katanya.
Lukito menjelaskan jika situs-situs porno pada umumnya sering mengupdate dan mengubah nama domain situsnya, maka piranti lunak yang akan diluncurkan hendaknya mampu diupdate. Selain itu, program ini akan berhasil jika didukung oleh itikad baik dari pemilik warnet dan pengguna Internet. (Humas UGM/Gusti Grehenson/.dna)

Sumber : www.ugm.ac.id


Rencana Pemerintah untuk melakukan pemblokiran terhadap situs-situs porno telah mengundang berbagai macam reaksi dari berbagai pihak. Mulai dari para pengamat hingga pelaku bisnis di dunia maya ini, masing-masing mempunyai pendapat tersendiri yang tentunya juga didasarkan atas kepentingan dan latar belakang masing-masing.

Namun yang kemudian akan menjadi pertanyaan pastilah mengenai seberapa efektif gagasan pemblokiran situs porno ini terhadap tujuan awal yang ingin dicapai. Jika tujuan awalnya adalah untuk memayungi masyarakat secara moral, maka telah jelas bahwa hal ini merupakan sebuah itikad baik dari pemerintah sebagai penyelenggara Negara yang bertanggungjawab atas masa depan bangsanya. Namun yang kemudian menjadi pertanyaan berikutnya adalah sebenarnya berapa banyak payung yang harus dipakai Negara ini untuk menjamin moralitas masyarakatnya?

Mungkin semua itu tidak lepas dari kesiapan bangsa ini dalam menghadapi era globalisasi yang bukan saja sudah di depan mata, namun era globalisasi di mana bangsa ini sedang berjalan memasukinya dan tidak ada setapak pun langkah mundur yang bisa ditempuh. Globalisasi merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Cakupan yang dibawa oleh globalisasi pun sangat luas tak berbatas. Segala hal positif sekaligus negatif dari berbagai belahan dunia dapat masuk secara bersamaan di pintu rumah kita. Kalau sudah begini, satu-satunya benteng terakhir pertahanan yang ada hanyalah kesiapan mental dan moral kita dalam menghadapinya. Disinilah sebenarnya kualitas kita sebagai sebuah bangsa sedang diuji.

Masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat agamis dengan budaya timurnya yang kental menjunjung segala jenis norma kehidupan sedang diuji keberadaannya. Sanggupkan bentengnya bertahan menghadapi kencangnya arus pengaruh budaya asing yang tidak selalu selaras dengan nilai-nilai budaya yang ada selama ini?

Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia sangat adaptif dan absorsif terhadap arus budaya asing yang masuk tentunya cukup mengkhawatirkan pemerintah sebagai penyelenggara Negara. Seperti yang kita ketahui, tidak hanya di bidang teknologi informasi saja masyarakat kita bersikap adaptif dan absorsif, namun juga di berbagai bidang kehidupan lainnya seperti fashion, otomotif, hingga gaya hidup.

Yang kemudian mungkin membuat pemerintah khawatir adalah jika mentalitas dan moralitas bangsa ini ternyata belum cukup siap untuk menghadapinya. Sudah seharusnyalah kecepatan masyarakat dalam beradaptasi dan menyerap arus budaya dan informasi dari luar yang masuk ke dalam negeri ini diimbangi dengan kesiapan mental dan moralitas bangsa. Jika memang masyarakat kita belum siap, maka pemblokiran situs mungkin menjadi salah satu langkah preventif yang perlu diambil pemerintah untuk mengatasinya. Namun jangan lupa pula, selain media online, masih banyak media offline yang harus ditangani dan memang telah lama membutuhkan penanganan.(dna)



Penggunaaan Bantalan karet alam untuk melindungi bangunan terhadap gempa bumi, yang dikenal sebagi base isolation tampaknya akan semakin luas dan berkembang dimasa mendatang. Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan gempa diperlu teknologi pembuatan bantalan tahan gempa.

Balai Penelitian Teknologi karet Bogor sebagai Balai Penelitian mempunyai teknologi pembuatan bantalan tahan gempa yang digunakan untuk rumah tinggal maupun maupun gedung bertingkat. Bantalan yang digunakan untuk melindungi gempa bumi dibuat dari kombinasi lempengan karet alam dan lempeng baja. Bantalan tersebut dipasang disetiap kolom yaitu diantara pondasi dan bangunan. Karet alam berfungsi untuk mengurangi getaran akibat gempa bumi sedangkan lempeng baja digunakan untuk menambah kekakuan bantalan karet sehingga penurunan bangunan saat bertumpu diatas bantalan karet tidak besar.

Prinsip Kerja

Pengaruh gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan adalah komponen getaran karet horizontal. Getaran tersebut dapat menimbulkan gaya reaksi yang besar, bahkan pada puncak bangunan dapat berlipat hingga mendekati dua kalinya. Oleh sebab itu apabila gaya yang sampai pada bangunan tersebut lebih besar dari kekuatan struktur maka bangunan tersebut akan rusak. Gaya reaksi yang sampai bangunan dapat dikurangi melalui penggunaan bantalan karet tahan gempa. Pada dasarnya cara perlindungan bangunan oleh bantalan karet tahan gempa dicapai melalui pengurangan getaran gempa bumi kearah horizontal dan memungkinkan bangunan untuk begerak bebas saat berlangusung gempa bumi tanpa tertahan oleh pondasi. Bantalan karet alam tersebut dapat mengurangi daya reaksi hingga 70%, karena secara alami karet alam memiliki sifat fleksibilitas dan menyerap energi .

Hasil Uji sifat fisik dari Bantalan Karet Tahan Gempa BPTK Bogor

Properties

Karet Bantalan

a

b

Hardness, Shore A

63

66

Tensile strenght, kg/cm2

242

262

Modulus 100%, kg/cm2

32

36

Modulus 300%, kg/cm2

132

129

Elongation at Break, %

500

510

Tear strenght, kN/m

71.8

Compression set 25%, at 70 ° C, 22 hrs, %

20.81

Ozone resistance 25 pphm, 20% strain, at 40 ° C,

72 hrs

No Cracks

Keterangan :
a = Uji Langsung
b = Uji setelah pengusangan pada 70 ° C, 168 jam

Bangunan tanpa bantalan karet

Bangunan dengan bantalan karet

Uji tekan geser

Uji tekan vertical

Bangunan Tahan Gempa Belantai 4

Posisi Bantalan Karet

http://netsains.com/2009/06/teknologi-bantalan-karet-tahan-gempa/



pada tanggal 6 januaRi 1993 lahiRlah seOrang Bayi yang MeNjadi peMiliK daRi bLog iNi... iA adaLah kHuMaiRa, biasa DiPanggiL iRa.
Zah itu sJarah singKat Q.... seKaranG aQ duduk di bangku kLaz 3 SMA MTA Surakarta, SaLAh satU skolah swasta di daerah semanGGi, Pasar KLiwoN, Surakarta
di SMA ny sering2-a aq disibukkan deNgan Lomba yang Kaitan-a dengan EngLisH atau kalo gak ya tentang peNuliSan karYa iLmiah yah namanya juga anak KIR pazti sangkutannya kaYak gitu..

foto berita artikel

Walaupun sudah di-download lebih dari 5 juta kali dalam waktu 1 hari, namun Mozila Firefox 3.5 masih kalah dengan rekor yang dimiliki Firefox 3 yang di-download 8 juta kali dalam satu hari pertamanya. Namun, Firefox 3.5 masih mampu memberolam antusiasme untuk fans browser Mozilla. Popularitas Firefox telah berkembang cepat, antara 20 hingga 30 persen dari market browser global, menurut perusahan analisis web, Whos.amung.us. Menurut sumber yang sama, dari data yang dikumpulkan dari 850,000 website, Firefox 3.5 kini menempati 2.5 persen, lebih dari total market share rivalnya, Opera.

Ketika diluncurkan Firefox 3 tahun lalu, Mozilla berencana membuat event Download Day, untuk men-support peluncuran software tersebut. Mereka berencana untuk masuk ke dalam Guiness Record dalam download satu hari tersebut. Event tersebut sukses karena terjadi 8 juta download untuk Firefox 3 dalam satu hari peluncuran.

Mozilla kemudian berencana untuk membuat kampanye jaringan social bernama Shiretoko Shock, yang menginstruksikan partisipan untuk mempromosikan situs jejaring social seperti Twitter dan Facebook pukul 3:50 PM. Kampanye ini akan dirilis juga di topic trend Twitter. Jumlah totoal download browser Firefox yang mencapai 500 juta di tahun lalu, kini diperkirakan mencapai 950 juta dan kemungkinan akan mencapai satu miliar di akhir bulan Agustus mendatang.(h_n)


Mana yang lebih pintar, anjing apa kucing? Kalau mitos yang beredar sih, anjing lebih cerdas dari kucing. Sejumlah film dan buku juga lebih banyak menghadirkan tokoh anjing sebagai hewan peliharaan istimewa. Bagaimana kalau dari sisi sains?

Ilmuwan mengadakan rangkaian eksprsimen. Kucing-kucing dihadapkan pada benang dengan umpan di ujungnya, ada juga yang tidak berumpan. Kucing-kucing tidak mampu mengenali mana benang yang dikaitkan dengan umpan. Sedangkan anjing-anjing mudah mengenali dan mampu melacak umpan itu.

Sebab Akibat

“Kucing tak memahami koneksi sebab akibat di antara objek,” jelas peneliti. Mungkin itu bisa menjelaskan mengapa kucing akan tetap terus menggelendot dan mencakari tuannya walau sang tuan sudah memberitahu mereka tak suka dibegitukan. Dengakan anjing, jika diberitahu agar menghentikan aksinya, mereka segera paham.
Studi pada tahun 2007 membuktikan bahwa anjing mampu menggunakan komputer layar sentuh secara akurat untuk mengelompokkan warna foto dengan mengenali mana foto anjing dan bukan.

Diterjemahkan secara bebas dari Livescience.com
foto:kecute.files.wordpress.com




About